Minggu, 05 Januari 2014

Civic Knowledge

Diposting oleh Unknown di 04.49
Civic Knowledge
A. Pengertian Civic Knowledge
Materi Pendidikan Kewarganegaraan menurut Branson (1999:4) harus mencakup tiga komponen, yaitu :
a. Civic Knowledge (pengetahuan Kewarganegaraan),
b. Civic Skills (keterampilan Kewarganegaraan), dan
c. Civic Disposition (watak-watak Kewarganegaraan).
Civic knowledge sendiri “berkaitan dengan kandungan atau nilai apa yang seharusnya diketahui oleh warga negara” (Branson, 1999:8). Aspek ini menyangkut kemampuan akademik-keilmuan yang dikembangkan dari berbagai teori atau konsep politik, hukum dan moral. Dengan demikian, mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan bidang kajian multidisipliner. Secara lebih terperinci, materi pengetahuan Kewarganegaraan meliputi pengetahuan tentang hak dan tanggung jawab warga negara, hak asasi manusia, prinsip-prinsip dan proses demokrasi, lembaga pemerintah dan non-pemerintah, identitas nasional, pemerintahan berdasar hukum (rule of law) dan peradilan yang bebas dan tidak memihak, konstitusi, serta nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat. Dengan kata lain civic knowledge yakni kecerdasan, kecakapan, dan kemampuan penguasaan pengetahuan kewargaan oleh warganegara.


B. Karakteristik Pembelajaran untuk pengembangan civic knowledge
Adapun Karakteristik Pembelajaran untuk pengembangan civic knowledge secara garis besar yaitu sebagai berikut :
1. Pembelajaran yang bersifat kooperatif, dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Pembelajaran secara tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat siswa belajar. Semua anggota tim (anggota kelompok) harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah, kriteria keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim.
b. Didasarkan pada manajemen kooperatif
Sebagaimana pada umumnya, manajemen mempunyai empat fungsi pokok yaitu Perencanaan, Organisasi, Pelaksanaan, dan Kontrol. Demikian juga dalam pembelajaran kooperatif. Perencanaan menunjukkan bahwa pembelajaran memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif. Pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai dengan perencanaan melalui langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan termasuk ketentuan-ketentuan yang sudah disepakati bersama. Fungsi organisasi menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pekerjaan bersama antar setiap anggota kelompok. Oleh sebab itu, perlu diatur tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok. Fungsi kontrol menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun non tes.
c. Kemauan untuk bekerja sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerja sama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif. Setiap anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu, misalnya siswa yang pintar membantu siswa yang kurang pintar.
d. Keterampilan bekerja sama
Kemampuan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikkan melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambar dalam keterampilan bekerja sama. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain. Siswa perlu dibantu mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan pendapat dan memberi kontribusi kepada keberhasilan kelompok.
Menurut Arends (2007: 5), bahwa pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Siswa bekerja dalam tim untuk mencapai tujuan belajar.
2) Tim-tim itu terdiri atas siswa-siswa yang berprestasi rendah, sedang, dan tinggi.
3) Jika memungkinkan, tim-tim itu terdiri atas campuran ras, budaya, dan gender.
4) Sistem reward-nya berorientasi kelompok maupun individu. Akup #
2. Pembelajaran yang dapat mencakup 3 aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
a. Aspek Kognitif
Tingkat pengetahuan (Knowledge), yang menuntut siswa untuk mampu mengingat (recall) berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya, misalnya fakta, rumus, terminology strategi problem solving dan lain sebagainya.
b. Aspek Afektif
Menurut Krathwohl (1961), bila ditelusuri hampir semua tujuan kognitif mempunyai komponen afektif. Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah: Menerima (memperhatikan), Merespon, Menghargai, Mengorganisasi, dan Karakteristik suatu nilai.
Skala yang digunakan untuk mengukur ranah afektif seseorang terhadap kegiatan suatu objek diantaranya skala sikap. Hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral. Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan berperilaku pada seseorang. Ada tiga komponen sikap, yakni kognisi, afeksi, dan konasi. Kognisi berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objek yang dihadapinya. Afeksi berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek tersebut, sedangkan konasi berkenaan dengan kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut. Oleh sebab itu, sikap selalu bermakna bila dihadapkan kepada objek tertentu.
Skala sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah pernyataan itu didukung atau ditolaknya, melalui rentangan nilai tertentu. Oleh sebab itu, pernyataan yang diajukan dibagi ke dalam dua kategori, yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif. Salah satu skala sikap yang sering digunakan adalah skala Likert. Dalam skala Likert, pernyataan-pernyataan yang diajukan, baik pernyataan positif maupun negatif, dinilai oleh subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat, tidak setuju, sangat tidak setuju.
c. Aspek psikomotor
Hasil belajar keterampilan (psikomotor) dapat diukur melalui: (1) pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung, (2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya. Dalam ranah psikomotorik yang diukur meliputi (1) gerak refleks, (2) gerak dasar fundamen, (3) keterampilan perseptual; diskriminasi kinestetik, diskriminasi visual, diskriminasi auditoris, diskriminasi taktis, keterampilan perseptual yang terkoordinasi, (4) keterampilan fisik, (5) gerakan terampil, (6) komunikasi non diskusi (tanpa bahasa-melalui gerakan) meliputi: gerakan ekspresif, gerakan interprestatif











C. Metode dan Tekhnik Pembelajaran untuk Civic Knowledge
Beberapa alternatif metode dalam pembelajaran PKn menurut Abdul Gafur (2006) diantaranya adalah (1) pembelajaran portofolio, (2) modeling, (3) conditioning, (4) gaming, (5) teaching, dan (6) value clarification technique (VCT).
1. Pembelajaran Portofolio
a. Konsep Dasar Portofolio
Portofolio dapat diartikan sebagai suatu wujud benda fisik, sebagai suatu proses sosial pedagogis, maupun sebagai adjective. Sebagai suatu benda fisik, portofolio adalah bundel, yakni kumpulan atau dokumentasi hasil pekerjaan peserta didik yang disimpan pada suatu bundel. Misalnya hasil tes awal (pre test), tugas-tugas, catatan anekdot, piagam penghargaan, keterangan melaksanakan tugas terstruktur, hasil tes akhir (post test), dan sebagainya. Sebagai suatu proses sosial pedagogis, portofolio adalah collection of learning experience yang terdapat di dalam pikiran peserta didik, baik yang berwujud pengetahuan (kognitif), keterampilan (skill), maupun nilai dan sikap (afektif). Adapun sebagai suatu adjective, portofolio sering kali disandingkan dengan konsep lain, misalnya dengan konsep pembelajaran dan penilaian. Jika disandingkan dengan konsep pembelajaran maka dikenal istilah pembelajaran berbasis portofolio (portfolio based learning), sedangkan jika disandingkan dengan konsep penilaian maka dikenal istilah penilaian berbasis portofolio (portfolio based assessment) (Dasim Budimansyah, 2002: 1-2).
Berdasarkan uraian di atas, pengertian portofolio di sini adalah suatu kumpulan pekerjaan siswa dengan maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut panduan-panduan yang ditentukan (Iim Wasliman dan Numan Somantri, 2002: 47). Panduan yang dipakai berdasarkan pada mata pelajaran dan tujuan penilaian portofolio. Apabila dikaitkan dengan pembelajaran PKn, maka portofolio merupakan kumpulan informasi yang tersusun dengan baik yang menggambarkan rencana kelas siswa berkenaan dengan suatu isu kebijakan publik yang telah diputuskan untuk dikaji, baik dalam kelompok kecil maupun kelas secara keseluruhan (Udin S Winataputra, 2005).
Portofolio kelas berisi bahan-bahan seperti pernyataan tertulis, peta, grafik, photografi, dan karya seni asli. Bahan-bahan tersebut menggambarkan beberapa hal yang telah dipelajari siswa berkenaan dengan: (a) masalah yang telah dipilih, (b) alternatif pemecahan masalah, (c) kebijakan publik yang telah dipilih atau dibuat siswa untuk mengatasi masalah, dan (d) rencana tindakan agar pemerintah menerima kebijakan yang diusulkan siswa.
Terkait dengan mata pelajaran PKn yang berperan penting dalam menyiapkan warga negara yang berkualitas, sehingga dapat berpartisipasi aktif, diperlukan bekal pengetahuan dan keterampilan, pengalaman praktis, dan pemahaman tentang pentingnya warga negara. Oleh karena itu, sudah selayaknya pembelajaran PKn dapat membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan warga negara yang memadai serta pengalaman praktis agar memiliki kompetensi dalam berpartisipasi. Namun demikian, tidak semua materi pelajaran dalam PKn dapat disampaikan dengan metode portofolio.
Pembelajaran PKn yang berbasis portofolio memperkenalkan mendidik siswa dengan beberapa metode dan langkah-langkah yang dipergunakan dalam proses politik. Pembelajaran ini bertujuan untuk membina komitmen aktif para siswa terhadap kewarganegaraan dan pemerintahannya dengan cara:
a) Membekali pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk berpatisipasi secara efektif
b) Membekali pengalaman praktis yang dirancang untuk mengembangakan kompetensi dan efektivitas partisipasi
c) Mengembangkan pemahaman akan pentingnya partisipasi warga Negara (Udin S Winataputra, 2005).
a. Langkah-langkah Portofolio
Dalam pembelajaran PKN berbasis portofolio, kelas dibagi ke dalam empat kelompok. Setiap kelompok bertanggung jawab untuk membuat satu bagian portofolio kelas. Tugas-tugas setiap kelompok portofolio adalah sebagai berikut:
a) Kelompok portofolio satu: menjelaskan masalah
Kelompok ini bertanggungjawab menjelaskan masalah yang dipilih sebagai kajian kelas. Selain itu juga harus menjelaskan beberapa hal yang meliputi alasan mengapa yang disajikan adalah masalah yang penting untuk dipecahkan dan mengapa badan atau tingkat pemerintahan tertentu harus menyelesaikan masalah tersebut.
b) Kelompok portofolio dua: menilai kebijakan alternatif yang disarankan untuk memecahkan masalah
Kelompok ini bertanggungjawab menjelaskan kebijakan-kebijakan yang sudah ada dan atau menjelaskan kebijakan-kebijakan alternatif yang dibuat untuk memecahkan masalah.
c) Kelompok portofolio tiga: mengusulkan kebijakan publik untuk mengatasi masalah
Kelompok ini bertanggungjawab untuk mengembangkan dan menerangkan dengan tepat suatu kebijakan tertentu yang disepakati dan didukung oleh seluruh kelas untuk memecahkan masalah.
d) Kelompok portofolio empat: membuat rencana tindakan
Kelompok ini bertanggungjawab membuat rencana tindakan yang menunjukkan bagaimana cara warga negara dapat mempengaruhi pemerintah untuk menerima kebijakan yang didukung oleh kelas.
Karya keempat kelompok akan diutamakan pada portofolio kelas. Karya tersebut memiliki dua seksi, yaitu :
a) seksi penayangan. Hasil karya (hasil penelitian dan pengumpulan informasi) masing-masing dari keempat kelompok ditempelkan pada satu bidang panel dari papan tayangan empat panel. Tayangan ini dibuat sedemikian rupa sehingga dapat diletakkan di atas meja, papan buletin, atau pada emat kuda-kuda. Bahan-bahan yang ditayangkan meliputi pernyataan-pernyataan tertulis, daftar sumber, peta, grafik, foto, karya seni asli, dan sebagainya.
b) seksi dokumentasi. Keempat kelompok harus memilih bahan-bahan yang terkumpul, bahan-bahan terbaik yang mendokumentasikan atau memberi bukti penelitiannya. Bahan-bahan yang dipilih harus mewakili contoh-contoh penelitian terpenting dan/atau paling bermakna yang telah dikerjakan siswa. Tidak semua penelitian harus dimasukkan. Bahan-bahan ini dimasukkan ke dalam sebuah map jepit. Gunakan pemisah berwarna beda untuk memisahkan keempat seksi dokumentasi dari keempat kelompok portofolio tersebut. Siapkan daftar isi untuk setiap seksi.
2. Modeling
Modeling dalam pembelajaran PKn sangatlah penting, mengingat PKn terdiri dari rumpun politik, hukum, dan moral. Dalam pembelajaran nilai moral, teladan dari seseorang yang dijadikan model oleh siswa sangat berperan untuk terinternalisasinya nilai moral yang diajarkan.
Model yang digunakan dapat berupa:
a. manusia, terdiri dari tokoh masyarakat, pahlawan, pemimpin bangsa.
b. model nonmanusia, terdiri dari dongeng dan fabel (Abdul Gafur, 2006: 5)
3. Conditioning
Conditioning, yaitu penciptaan situasi dan kondisi yang mengharuskan seseorang berperilaku/berbuat sesuai kondisi yang diciptakan. Misalnya sarana antrean, sarana masuk keluar swalayan, sarana masuk keluar tempat parkir (Abdul Gafur, 2006: 5).
Dengan penciptaan kondisi yang demikian serta mengharuskan siswa untuk melakukannya sesuai dengan aturan yang berlaku akan dapat digunakan sebagai metode untuk menanamkan nilai moral disiplin, kesabaran, toleransi.
4. Gaming
Gaming merupakan metode pembelajaran yang menghendaki siswa berlomba-lomba untuk menentukan menang kalah. Contoh pembelajaran melalui metode gaming adalah broken square, team game tournament, cerdas cermat (Abdul Gafur, 2006: 5).
5. Teaching
Teaching merupakan metode pembelajaran PKn dengan cara memberikan ajaran (piwulang) bagaimana seharusnya seseorang harus berperilaku atau tidak berperilaku. Misalnya ajaran bagaimana bersikap kepada orang tua, bagaimana berbahasa, bagaimana cara makan, minum dan sebagainya. (Abdul Gafur, 2006: 6).
6. Value Clarification Technicque (VCT)
VCT merupakan metode menanamkan nilai (values) dengan cara sedemikian rupa sehingga peserta didik memperoleh kejelasan/kemantapan nilai. Teknik yang digunakan dalam VCT bisa berupa angket dan tanya jawab (Abdul Gafur, 2006: 6). Lahirnya metode ini merupakan upaya untuk membina nilai-nilai yang diyakini, sehubungan dengan timbulnya kekaburan nilai atau konflik nilai di tengah-tengah kehidupan masyarakat (Soenarjati dan Cholisin, 1986 : 124).
Melalui pembelajaran dengan VCT siswa diajarkan untuk: (1) memberikan nilai atas sesuatu, (2) membuat penilaian yang rasional dan dapat dipertanggungjawabkan, (3) memiliki kemampuan serta kecenderungan untuk mengambil keputusan yang menyangkut masalah nilai dengan jelas, rasional dan objektif, dan (4) memahami dan mengamalkan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.
Tabel berikut ini menjelaskan mengenai keunggulan dan kelemahan VCT.
Keunggulan Kelemahan
siswa belajar lebih aktif Masalah nilai (value) merupakan masalah abstrak, sehingga sulit diungkap secara kongkrit
siswa mendapat kejelasan tentang nilai-nilai yang dapat dipertahankan secara moral Terjadinya perbedaan pendapat dalam masalah nilai sulit dihindari, sehingga kadang-kadang mengundang kebingungan para siswa
Masalah nilai adalah masalah apa yang diinginkan, seharusnya (normatif), karenanya sering terdapat kesenjangan dengan apa yang terjadi dalam praktek nyata (empiris)
Untuk mengambil keputusan nilai secara rasional obyektif dari konflik atau dilema nilai, dapat digunakan beberapa teknik VCT, diantaranya kartu penilaian dan tahap-tahap analisa dilema nilai.
1) Kartu penilaian
Dalam teknik ini siswa diajak memberikan penilaian dan menentukan keputusan, memecahkan masalah, memberikan penilaian dan menentukan sikap yang rasional. Berikut ini disajikan contoh format kartu penilaian.
NAMA SISWA/KELOMPOK:........................ KELAS:..............................
MASALAH YANG AKAN DIPECAHKAN/DINILAI : ....................................................................................................................
DASAR PERTIMBANGAN PENILAIAN/PEMECAHAN KAMI IALAH : ...................................................................................................................
1. Data/fakta yang dijadikan sumber ialah :
1) 4)
2) 5)
3) 6)
2. Pertimbangan-Pertimbangan (analisis dan pemikiran) kami ialah :
3. Kesimpulan pemikiran/pendapat kami :
4. Pemecahan dan alasannya:
5. Penjelasan lain:
2) Tahap-Tahap Analisa Dilema Nilai
Untuk dapat mengambil keputusan terhadap dilema nilai yang dihadapi, ada 7 tahap yang harus dilewati agar sampai pada pemecahan masalah yang rasional obyektif (Soenarjati & Cholisin, 1994: 126-127) . Ketujuh tahap tersebut meliputi:
a) Menentukan peristiwa yang merupakan dilema (dilemma)
b) Menentukan alternatif-alternatif apa yang akan dikerjakan untuk memecahkan dilema (alternatives)
c) Menentukan akibat-akibat apa yang akan terjadi dari masing-masing alternatif yang akan dikerjakan (consequenes)
d) Jika akaibat-akaibat itu terjadi (tahap 3) bagaimana akibatnya dalam jangka panjang dan jangka pendek (consequenes of consequeces)
e) Fakta-fakta atau bukti-bukti apa yang menunjukkan bahwa akibat-akibat itu akan terjadi (what evidence is there that consequences will occur)
f) Mengadakan penilaian (asasmen) mengenai akibat mana yang baik dan akibat mana yang buruk, berdasarkan pada kriteria tertentu
g) Mengambil keputusan nilai mana yang akan dilaksanakan (decision).
Metode lainnya dalam pembelajaran PKn, yaitu ceramah bervariasi, tanya jawab, bermain peran, karya wisata, dan permainan simulasi (Soenarjati & Cholisin, 1994). Semua metode itu mengarah pada pengembangan kemampuan siswa. Secara rinci di bawah ini adalah uraian masing-masing metode.
a. Ceramah Bervariasi
Metode ceramah jarang sekali diterapkan dalam pembelajaran tanpa dibarengi dengan metode yang lain. Biasanya penggunaan metode ceramah dikombinasikan dengan metode pembelajaran yang lain, yang kemudian dikenal dengan sebutan ceramah bervariasi.
Metode ceramah bervariasi muncul sebagai upaya untuk:
1) Menutupi atau mengimbangi kelemahan metode ceramah murni.
2) Memusatkan perhatian siswa kepada pokok masalah yang sedang dibahas dalam aktivitas belajar mengajar.
3) Mengontrol daya tangkap siswa terhadap isi ceramah.
4) Melibatkan potensi (indra) siswa secara optimal (tidak hanya pendengaran saja)
Sementara itu, metode ceramah murni merupakan cara penyajian dan penyampaian materi pelajaran dari guru kepada siswa secara lisan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ciri-ciri metode ini, seorang guru berbicara terus menerus secara monoton, sedang siswa berperan sebagai pendengar, sehingga yang terjadi adalah interaksi searah, yaitu hanya diwarnai dengan inisiatif guru kepada siswa bukan sebaliknya.
Metode ceramah murni dapat diterapkan apabila:
1) peserta yang hadir dalam jumlah relatif besar
2) materi pelajaran bersifat informatif, sehingga guru hanya berperan sebagai pemberi informasi saja
3) guru pandai menggunakan kata-kata yang tepat untuk menggambarkan informasi yang hendak disampaikan
4) suasana cukup tenang
5) siswa cukup mampu untuk menangkap ungkapan-ungkapan lisan dari gurunya.
Tabel berikut menjelaskan mengenai keunggulan dan kelemahan metode ceramah murni
Keunggulan Kelemahan
Dapat dipakai untuk kelas besar Menghalangi respon peserta didik
Tepat untuk orang dewasa Sukar menggambarkan ide dengan kata-kata dan ungkapan yang tepat (jarang orang yang dapat menjadi pembicara yang baik), sehingga pembicaraannya kurang menarik
Banyak bahan yang bisa dikomunikasikan Tidak tepat untuk anak-anak usia muda
Tidak membutuhkan banyak alat bantu
Fleksibilitasnya tinggi, artinya bila waktu masih luang materi dapat diuraikan secara panjang lebar, tetapi bila kesempatan terbatas materi dapat disingkat, disampaikan secara garis besar saja
a. Tanya Jawab
Menurut Jusuf Djajadisastra (dalam Soenarjati & Cholisin, 1994: 120) metode tanya jawab adalah suatu cara untuk menyampaikan atau menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk pertanyaan dari guru yang harus dijawab oleh siswa. Metode tanya jawab akan lebih tepat digunakan jika dikombinasikan dengan metode ceramah atau metode lainnya, siswa terhimpun dalam kelas (jumlah) yang relatif kecil, dan siswa sudah dapat menguasai materi pelajaran yang telah diberikan dengan baik. Seperti halnya metode yang lain, metode tanya jawab juga mengandung keunggulan dan kelemahan.
Tabel berikut menjelaskan mengenai keunggulan dan kelemahan metode tanya jawab.
Keunggulan Kelemahan
menghidupkan suasana siswa harus sudah memiliki pengetahuan dasar dulu kalau tanya jawab akan berjalan dengan lancar.
menampung respon peserta didik tidak tepat untuk menyampaikan informasi
membangkitkan minat belajar siswa waktu yang tersedia tidak dapat digunakan secara efisien.
siswa dapat belajar menjawab pertanyaan lisan dengan ungkapan-ungkapan yang tepat. jalannya pelajaran kurang bisa berlangsung secara sistematis
b. Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan menugaskan pelajar atau kelompok pelajar melaksanakan percakapan ilmiah untuk mencari kebenaran dalam rangka mewujudkan tujuan pelajaran (Soenarjati & Cholisin, 1994: 121). Peranan siswa dalam diskusi adalah berusaha dengan jujur untuk memperoleh suatu keputusan atau kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan menjadi kesepakatan bersama. Jalannya diskusi diatur oleh seorang pemimpin sidang (moderator). Metode diskusi dapat diterapkan apabila guru ingin melatih siswa untuk dapat berpikir dan mengemukakan hasil pikirannya (pendapat) secara lisan, dan topik yang diketengahkan oleh guru memang bersifat problematis, bukan merupakan informasi atau doktrin.
Tabel berikut ini menjelaskan mengenai keunggulan dan kelemahan diskusi.
Keunggulan Kelemahan
suasana kelas lebih hidup. Anak lebih bersikap kritis, kreatif dan demokratis. untuk kelas besar agak kurang cocok, sulit pengaturannya.
membantu dalam memecahkan problem membutuhkan waktu relatif banyak
melatih keberanian anak untuk berbicara di muka umum sering terjadi kesalahpahaman dalam memandang masalah yang sedang didiskusikan
melatih anak untuk disiplin pada peraturan permainan biasanya kesempatan dimonopoli oleh anak yang pandai berbicara, berani dan ambisius
Beberapa cara untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut adalah: (1) jika kelas terlampau besar, dapat dibagi dalam kelompok-kelompok dengan pengawasan guru, (2) karena membutuhkan banyak waktu, maka diadakan diskusi topik yang memang perlu dan jangan terus menerus, (3) sebaiknya diadakan diskusi sesudah anak mendapatkan banyak pengetahuan sebagai modal dalam memecahkan masalah, dan (4) agar tidak dimonopoli oleh anak-anak tertentu, guru harus membuat aturan permainan sedemikian rupa sehingga semua bisa berpartisipasi.
c. Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah suatu cara mengajar yang memberikan kesempatan pada semua siswa untuk menganalisis dan melakukan sintesis dalam kesatuan struktur atau situasi di mana masalah itu berada, atas inisiatif sendiri. Metode ini dipakai apabila: (1) ada keinginan untuk mengembangkan kemampuan berfikir, terutama di dalam mencari akibat-akibat dan tujuan suatu masalah, (2) memecahkan dan atau menganalisa masalah dari berbagai sudut pandang, dan (3) memberikan pengetahuan dan kecakapan praktis yang mempunyai nilai guna bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Tabel berikut ini menjelaskan mengenai keunggulan dan kelemahan pemecahan masalah.
Keunggulan Kelemahan
mendidik siswa untuk berfikir secara sistematis memerlukan waktu yang relatif banyak
mendidik siswa untuk berfikir logis (mencari hubungan sebab akibat dalam suatu masalah) membutuhkan kesiapan siswa secara ilmiah
siswa menjadi terbuka untuk berbagi pendapat dan mampu membuat pertimbangan untuk memilih suatu ketetapan siswa dituntut untuk menguasai berbagai masalah
siswa mampu mencari berbagai alternatif jalan keluar terhadap suatu masalah
siswa dilatih belajar mandiri
f. Inquiry
Istilah inquiry, discovery dan problem solving adalah istilah-istilah yang menunjuk suatu kegiatan atau cara belajar yang bersifat logis kritis, analitis menuju suatu kesimpulan yang meyakinkan. Menurut Husein Achmad (dalam Soenarjati & Cholisin, 1994: 123), dalam penerapan metode inquiry, siswa mempunyai kegiatan mencari sesuatu sampai tingkat yakin/percaya (belief), didukung oleh fakta, analisa, interpretasi dan pembuktian bahkan sampai pada pencarian alternatif pemecahan masalah. Metode ini digunakan untuk: (1) memecahkan masalah yang telah disepakati bersama, (2) membina kemandirian siswa untuk belajar menemukan dan memecahkan masalah, dan (3) mengembangkan daya kemampuan siswa untuk dapat berpikir logis, kritis, analitis tentang masalah yang dihadapinya.
Keunggulan-keunggulan dari metode ini antara lain :
1) mengembangkan keterampilan siswa untuk mampu memecahkan masalah serta mengambil keputusan secara objektif dan mandiri
2) mengembangkan kemampuan berpikir siswa dalam rangka meningkatkan potensi intelektual
3) membina dan mengembangkan sikap ingin tahu dan cara berfikir sistematis, baik secara individual maupun kelompok.
g. Bermain Peran (Role Playing)
Metode bermain peran, yaitu suatu cara yang diterapkan dalam proses beajar mengajar dimana siswa diberikan kesempatan untuk meaksanakan kegiatan-kegiatan untuk menjelaskan sikap dan niali-niai serta memainkan tingkah laku (peran) tertentu sebagaimana yang terjadi daam kehidupan masyarakat. Tujuan penggunaan metode ini antara lain: (1) membina nilai-nilai tertentu kepada siswa, (2) meningkatkan kesadaran dan penghayatan terhadap nilai-nilai, dan (3) membina penghayatan siswa terhadap suatu kejadian yang sebenarnya dalam realitas hidup. Dengan cara seperti itu, siswa dididik untuk tanggap terhadap lingkungan, bukan sebaliknya bersikap acuh tak acuh.
Langkah-langkah dalam bermain peran adalah: (1) Pemanasan yang bisa berupa pengantar serta pembacan cerita oleh guru, (2) Memilih siswa yang akan berperan, (3) menyiapkan penonton yang akan mengobservasi, (4) mengatur panggung, (5) permainan berlangsung, (6) diskusi dan evaluasi, (7) permainan berikutnya, jika perlu dan waktu memungkinkan, (8) diskusi lebih lanjut, dan (9) generalisasi.
Tabel berikut ini menjelaskan keunggulan dan kelemahan bermain peran.
Keunggulan Kelemahan
Siswa dapat berlatih untuk memecahkan suatu problem sosial menurut pendapatnya sendiri Memakan waktu banyak
Memperkaya siswa dengan pengalaman-pengalaman sosial yang problematis Siswa sering tampak kaku dalam memainkan perannya di hadapan teman-temannya
Siswa belajar mengekspresikan penghayatan mereka mengenai suatu problem di depan umum Hasil belajar siswa sulit dikontrol
Mengembangkan nilai dan sikap siswa Situasi sosial yang diciptakan dalam kelas tidak bisa sepenuhnya sama dengan situasi dalam masyarakat, sehingga sulit mengarahkan siswa bermain dengan sungguh-sungguh
Siswa dapat berlatih untuk memecahkan suatu problem sosial menurut pendapatnya sendiri Memakan waktu banyak
h. Karya Wisata
Metode karya wisata yaitu kunjungan ke suatu tempat di mana peserta akan menyumbangkan tenaganya (dengan berkarya) kepada obyek yang dikunjungi.
Tabel berikut ini menjelaskan keunggulan dan kelemahan karya wisata.
Keunggulan Kelemahan
siswa tidak hanya mempunyai pengalaman teoretis tetapi dapat menerapkan secara langsung pengetahuannya memakan waktu dan biaya yang relatif mahal
bekerja lapangan merupakan pengalaman yang berguna bagi siswa untuk introspeksi diri, baik kelebihannya maupun kelemahannya membutuhkan persiapan yang sangat kompleks, menyangkut sekolah, siswa, obyek yang akan dikunjungi dan sebagainya.
siswa dilatih untuk menggunakan waktu luang untuk penyegaran jasmani dan rohani dengan berekreasi Sering terjadi ketimpangan antara karya dan wisata, dimana wisata lebih dominan

0 komentar:

Posting Komentar

 

your life begins with a dream Copyright © 2011 Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by web hosting